Postingan

Anti kekerasan,anti tawuran (nadhila 91)

  Pendahuluan Selamat siang para hadirin yang saya hormati.  Saya adalah salah satu pelajar dari SMP Negeri di kota ini, yang sangat memedulikan pentingnya pendidikan bagi masa depan kita semua, dan begitu juga dengan kenyamanan kita bersama dalam menuntut ilmu. Saya tidak memiliki keinginan apa pun berdiri di sini. Saya hanya ingin mengungkapkan sedikit keresahan hari saya sebagai seorang pelajar. Latar belakang utama: Saya di sini mewakili para pelajar di kota ini yang mengalami keresahan akibat banyaknya tawuran dan kekerasan yang sering kita sebut dengan klithih.   Pengantar ke pokok persoalan dengan model repetisi: Saya resah dengan ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh adanya tawuran atau klithih yang semakin hari semakin tidak ada akhirnya. Saya resah dengan rasa ingin membalas dendam antarpelajar ketika terpancing emosi karena salah sasaran atau yang mereka sebut dengan rasa  kesetiakawanan. Inti repetisi: Saya ingin sekali kita belajar dengan damai. Kita belajar di kota ini de

Gadis penjaga tikar (Dhila)

Nama:nadhila Kelas:91 Suasana Kebun Raya Bogor dipenuhi pengunjung. Pria, wanita, muda dan tua semuanya ada di sana. Itu liburan sekolah yang panjang sehingga banyak pengunjung pergi berlibur. Mereka ingin menikmati suasana malam dan menghilangkan kebosanan. Seorang anak kecil yang bernama dhila tiba-tiba.Dengan pakaian sederhana, ia menjajakan tikar plastik ke pengunjung ke pengunjung lain, ia terus menawarkan tikarnya. “Pak, mau menyewa tikar?” Dhila memberi tahu Pak Umar. “Berapa uang sewa satu lembar tik ini?” Tanya Pak Umar. “Lima ribu rupiah, Pak!” Dia menjawab dengan suara lembut. “Bagaimana kalau kamu mengambil tiga puluh ribu rupiah?” Tanya Pak Umar lagi. Gadis itu berhenti sejenak. Lalu dia berkata, “Baiklah, silakan pilih, Sir!” Pak Umar memilih tikar plastik yang akan dia sewa. Di hati Pak Umar ada rasa tak tertahankan terhadap gadis itu. Seorang gadis berusia delapan tahun harus bekerja keras untuk mendapatkan uang. “Apakah kamu di sekolah?” Tanya Pak Umar “Sekolah, Pak! S